Hamengkubuwana IX

Hamengkubuwana IX

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sri Sultan
Hamengkubuwana IX
ꦲꦩꦼꦁ​ꦑꦸꦨꦸꦮꦤ ꧙
Wakil Presiden Indonesia ke-2
Masa jabatan
24 Maret 1973 – 23 Maret 1978
PresidenSoeharto
Didahului olehMohammad Hatta
Digantikan olehAdam Malik
Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri Indonesia ke-1
Masa jabatan
25 Juli 1966 – 24 Maret 1973
PresidenSoeharto
Didahului olehTidak Ada
Digantikan olehWidjojo Nitisastro
Ketua Kwartir Nasional ke-1
Masa jabatan
14 Agustus 1961 – 27 November 1974
PresidenSoekarno
Soeharto
Didahului olehTidak ada, jabatan baru
Digantikan olehM. Sarbini
Wakil Perdana Menteri Indonesia ke-5
Masa jabatan
6 September 1950 – 27 April 1951
PresidenSoekarno
Perdana MenteriMohammad Natsir
Didahului olehAbdul Hakim
Digantikan olehSuwiryo
Menteri Pertahanan Indonesia ke-3
Masa jabatan
15 Juli 1948 – 20 Desember 1949
PresidenSoekarno
Perdana MenteriMohammad Hatta
Didahului olehMohammad Hatta (a.i.)
Digantikan olehAbdul Halim
Masa jabatan
3 April 1952 – 2 Juni 1953
PresidenSoekarno
Perdana MenteriWilopo
Didahului olehSewaka
Digantikan olehWilopo
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta ke-1
Masa jabatan
17 Agustus 1945 – 1 Oktober 1988
PresidenSoekarno
Soeharto
Didahului olehTidak ada, jabatan baru
Digantikan olehPaku Alam VIII (Pejabat Gubernur)
Sultan Yogyakarta ke-9
Masa jabatan
18 Maret 1940 – 1 Oktober 1988
Didahului olehHamengkubuwana VIII
Digantikan olehHamengkubuwana X
Menteri Negara Indonesia
Masa jabatan
2 Oktober 1946 – 20 Desember 1949
PresidenSoekarno
Perdana MenteriSutan Sjahrir
Amir Sjarifuddin
Mohammad Hatta
Informasi pribadi
LahirGusti Raden Mas Dorodjatune
12 April 1912
Bendera Belanda Ngasem, Ngayogyakarta HadiningratHindia Belanda
Meninggal2 Oktober 1988 (umur 76)
Bendera Amerika Serikat Washington, D.C.Amerika Serikat
Kebangsaan Indonesia
Partai politikNon partai
AnakAdipati Anum, dll
AgamaIslam
Tanda tangan
Dinas militer
Dinas/cabangLambang TNI AD.png TNI Angkatan Darat
Masa dinas1945-1953
PangkatPdu letjendtni staf.png Letnan Jenderal [1]
PerangRevolusi Nasional Indonesia
Gusti Raden Mas Dorodjatun atau Sri Sultan Hamengkubuwana IX(bahasa JawaSri Sultan Hamengkubuwono IXHanacarakaꦯꦿꦶꦯꦸꦭ꧀ꦡꦟ꧀ꦲꦩꦼꦁ​ꦑꦸꦨꦸꦮꦤ IX ), lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat12 April 1912 – meninggal di Washington, DCAmerika Serikat2 Oktober 1988 pada umur 76 tahun. Ia adalah salah seorang Sultan yang pernah memimpin di Kasultanan Yogyakarta (1940–1988) dan GubernurDaerah Istimewa Yogyakarta yang pertama setelah kemerdekaan Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia yang kedua antara tahun 1973–1978. Ia juga dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Biografi[sunting | sunting sumber]

Lahir di Yogyakarta dengan nama Gusti Raden Mas Dorodjatun di Ngasem, Hamengkubuwana IX adalah putra dari Sri Sultan Hamengkubuwana VIII dan permaisuri Kangjeng Raden Ayu Adipati Anom Hamengkunegara. Di umur 4 tahun Hamengkubuwana IX tinggal pisah dari keluarganya. Dia memperoleh pendidikan di Europeesche Lagere School di Yogyakarta. Pada tahun 1925 ia melanjutkan pendidikannya ke Hoogere Burgerschool di Semarang, dan Hoogere Burgerschool te Bandoeng - HBS Bandung. Pada tahun 1930-an ia berkuliah di Rijkuniversiteit (sekarang Universiteit Leiden), Belanda ("Sultan Henkie").
Hamengkubuwana IX dinobatkan sebagai Sultan Yogyakarta pada tanggal 18 Maret 1940 dengan gelar "Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengkubuwana Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sanga ing Ngayogyakarta Hadiningrat". Ia merupakan sultan yang menentang penjajahan Belanda dan mendorong kemerdekaan Indonesia. Selain itu, dia juga mendorong agar pemerintah RI memberi status khusus bagi Yogyakarta dengan predikat "Istimewa".[1] Sebelum dinobatkan, Sultan yang berusia 28 tahun bernegosiasi secara alot selama 4 bulan dengan diplomat senior Belanda Dr. Lucien Adam mengenai otonomi Yogyakarta. Pada masa Jepang, Sultan melarang pengiriman romusha dengan mengadakan proyek lokal saluran irigasi Selokan Mataram. Sultan bersama Paku Alam IX adalah penguasa lokal pertama yang menggabungkan diri ke Republik Indonesia. Sultan pulalah yang mengundang Presiden untuk memimpin dari Yogyakarta setelah Jakarta dikuasai Belanda dalam Agresi Militer Belanda I. Sultan Hamengkubuwana IX tercatat sebagai Gubernur terlama yang menjabat di Indonesia antara 1945-1988 dan Raja Kesultanan Yogyakarta terlama antara 1940-1988.

Peranan Dalam Mempertahankan Keutuhan Bangsa dan Negara Indonesia[sunting | sunting sumber]

Sultan Hamengkubuwana IX dalam masa Revolusi Nasional Indonesia sekitar akhir 1940-an.
Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, keadaan perekonomian sangat buruk. Kas negara kosong, pertanian dan industri rusak berat akibat perang. Blokade ekonomi yang dilakukan Belanda membuat perdagangan dengan luar negeri terhambat. Kekeringan dan kelangkaan bahan pangan terjadi di mana-mana, termasuk di Yogyakarta. Oleh karena itu, untuk menjamin agar roda pemerintahan RI tetap berjalan, Sultan Hamengkubuwana IX menyumbangkan kekayaannya sekitar 6.000.000 Gulden, baik untuk membiayai pemerintahan, kebutuhan hidup para pemimpin dan para pegawai pemerintah lainnya. Setelah Perundingan Renville, pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melakukan Agresi Militer yang ke-2. Sasaran penyerbuan adalah Ibukota Yogyakarta. Selanjutnya pada tanggal 22 Desember 1948 Presiden SukarnoWakil Presiden Mohammad HattaSutan Syahrir dan para pembesar lainnya di tangkap Belanda dan diasingkan ke Pulau Bangka. Sementara itu, Sultan Hamengkubuwana IX tidak di tangkap karena kedudukannya yang istimewa, dikhawatirkan akan mempersulit keberadaan Belanda di Yogyakarta. Selain itu, waktu itu Belanda sudah mengakui Yogyakarta sebagai kerajaan dan menghormati kearifan setempat. Akan tetapi, Sultan menolak ajakan Belanda untuk bekerja sama dengan Belanda. Untuk itu, Sultan Hamengkubuwana IX menulis surat terbuka yang disebarluaskan ke seluruh daerah Yogyakarta. Dalam surat itu dikatakan bahwa Sultan "meletakkan jabatan" sebagai Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengunduran diri Sultan kemudian diikuti oleh Sri Paku Alam. Hal ini bertujuan agar masalah keamanan di wilayah Yogyakarta menjadi beban tentara Belanda. Selain itu dengan demikian, Sultan tidak akan dapat diperalat untuk membantu musuh. Sementara itu, secara diam-diam Sultan membantu para pejuang RI, dengan memberikan bantuan logistik kepada para pejuang, pejabat pemerintah RI dan orang-orang Republiken. Bahkan di lingkungan keraton, Sultan memberikan tempat perlindungan bagi kesatuan-kesatuan TNI. Pada Februari 1949, dengan bantuan kurir, Sultan menghubungi Panglima Besar Sudirman untuk meminta persetujuannya melaksanakan serangan umum terhadap Belanda. Setelah mendapat persetujuan Panglima Sudirman, Sultan langsung menghubungi Letkol Soeharto untuk memimpin serangan umum melawan Belanda di Yogyakarta. Serangan ini berhasil menguasai Yogyakarta selama sekitar enam jam. Kemenangan ini penting untuk menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia masih terus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaannya. Sesuai dengan hasil Perundingan Roem-Royen, maka pasukan Belanda harus ditarik dari daerah Yogyakarta. Pihak Belanda minta jaminan keamanan selama penarikan itu berlangsung. Untuk itu, Presiden Sukarno mengangkat Sri Sultan sebagai penanggung jawab keamanan dan tugas itu dilaksanakannya dengan baik. Pada tanggal 27 Desember 1949 ketika di Belanda berlangsung penyerahan kedaulatan, maka di Istana Rijkswik (Istana Merdeka) Jakarta, juga terjadi penyerahan kedaulatan dari Wakil Tinggi Mahkota Belanda kepada Pemerintah RIS. Sri Sultan Hamengkubuwana IX kembali mendapatkan kepercayaan untuk menerima penyerahan kedaulatan itu sebagai wakil dari pemerintahan RIS.

Peran dalam Serangan Umum 1 Maret 1949[sunting | sunting sumber]

Sri Sultan Hamengkubuwana IXsaat sumpah jabatan sebagai Wakil Presiden RI pada 24 Maret 1973 di Gedung DPR/MPR RI.
Peranan Sultan Hamengkubuwana IX dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 oleh TNImasih tidak sinkron dengan versi Soeharto. Menurut Sultan, ialah yang melihat semangat juang rakyat melemah dan menganjurkan serangan umum. Sedangkan menurut Suharto, ia baru bertemu Sultan malah setelah penyerahan kedaulatan. Sultan menggunakan dana pribadinya (dari istana Yogyakarta) untuk membayar gaji pegawai republik yang tidak mendapat gaji semenjak Agresi Militer ke-2.
Mata uang Indonesia yang bergambar Hamengkubuwana IX.
Sejak 1946 ia pernah beberapa kali menjabat menteri pada kabinet yang dipimpin Presiden Sukarno. Jabatan resminya pada tahun 1966 adalah ialah Menteri Utama di bidang Ekuin. Pada tahun 1973 ia diangkat sebagai wakil presiden. Pada akhir masa jabatannya pada tahun 1978, ia menolak untuk dipilih kembali sebagai wakil presiden dengan alasan kesehatan. Namun, ada rumor yang mengatakan bahwa alasan sebenarnya ia mundur adalah karena tak menyukai Presiden Soeharto yang represif seperti pada Peristiwa Malari dan hanyut pada KKN.
Ia ikut menghadiri perayaan 50 tahun kekuasaan Ratu Wilhelmina di AmsterdamBelanda pada tahun 1938.

Bapak Pramuka Indonesia[sunting | sunting sumber]

Sri Sultan Hamengkubuwana IXadalah Bapak PramukaIndonesia.
Sejak usia muda Hamengkubuwana IX telah aktif dalam organisasi pendidikan kepanduan. Menjelang tahun 1960-an, Hamengkubuwana IX telah menjadi Pandu Agung (Pemimpin Kepanduan). Pada tahun 1961, ketika berbagai organisasi kepanduan di Indonesia berusaha disatukan dalam satu wadah, Sri Sultan Hamengkubuwana IX memiliki peran penting di dalamnya. Presiden RI saat itu, Sukarno, berulang kali berkonsutasi dengan Sri Sultan tentang penyatuan organisasi kepanduan, pendirian Gerakan Pramuka, dan pengembangannya.
Pada tanggal 9 Maret 1961Presiden Sukarno membentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Panitia ini beranggotakan Sri Sultan Hamengkubuwana IX, Prof. Prijono (Menteri P dan K), Dr.A. Azis Saleh (Menteri Pertanian), dan Achmadi (Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa). Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka dan terbitnya Keputusan Presiden RI Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei1961.
Pada tanggal 14 Agustus 1961, yang kemudian dikenal sebagai Hari Pramuka, selain dilakukan penganugerahan Panji Kepramukaan dan defile, juga dilakukan pelantikan Mapinas (Majelis Pimpinan Nasional), Kwarnas dan Kwarnari Gerakan Pramuka. Sri Sultan Hamengkubuwana IX menjabat sebagai Ketua Kwarnas sekaligus Wakil Ketua I Mapinas (Ketua Mapinas adalah Presiden RI).
Sri Sultan bahkan menjabat sebagai Ketua Kwarnas (Kwartir Nasional) Gerakan Pramuka hingga empat periode berturut-turut, yakni pada masa bakti 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970 dan 1970-1974. Sehingga selain menjadi Ketua Kwarnas yang pertama kali, Hamengkubuwana IX pun menjadi Ketua Kwarnas terlama kedua, yang menjabat selama 13 tahun (4 periode) setelah Letjen. Mashudi yang menjabat sebagai Ketua Kwarnas selama 15 tahun (3 periode).
Keberhasilan Sri Sultan Hamengkubuwana IX dalam membangun Gerakan Pramuka dalam masa peralihan dari “kepanduan” ke “kepramukaan”, mendapat pujian bukan saja dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Dia bahkan akhirnya mendapatkan Bronze Wolf Award dari World Organization of the Scout Movement (WOSM) pada tahun 1973. Bronze Wolf Award merupakan penghargaan tertinggi dan satu-satunya dari World Organization of the Scout Movement (WOSM) kepada orang-orang yang berjasa besar dalam pengembangan kepramukaan.
Atas jasa tersebutlah, Musyawarah Nasional (Munas) Gerakan Pramuka pada tahun 1988 yang berlangsung di Dili (Ibukota Provinsi Timor Timur, sekarang negara Timor Leste), mengukuhkan Sri Sultan Hamengkubuwana IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Pengangkatan ini tertuang dalam Surat Keputusan nomor 10/MUNAS/88 tentang Bapak Pramuka.

Wafat[sunting | sunting sumber]

Minggu malam 2 Oktober 1988, ia meninggal dunia di George Washington University Medical Centre, Amerika Serikat karena serangan jantung dan dimakamkan di pemakaman para sultan Mataram di ImogiriKabupaten BantulDI YogyakartaIndonesia.

Silsilah[sunting | sunting sumber]

Sri Sultan Hamengkubuwana IXbersama istri kelimanya, Kangjeng Raden Ayu Norma Nindya Kirana
  • Anak keenam belas dari Sultan Hamengkubuwana VIII dan permaisuri RA Kustilah/KRA Adipati Anom Hamengkunegara/Kangjeng Alit.
IstriAnakMantu
BRA Pintakapurnama/KRA Pintakapurnama, putri R.B. Suryokusumo, buyut HB VI (1940)BRM Murtyanta/GBPH Adi Kusuma/GBPH HadikusumaDr. Sri Hardani
BRM Kaswara/GBPH HadisuryaAndinidevi
BRA Gusti Sri Murhanjati/GKR AnomKolonel Budi Permana/KPH Adibrata
BRA Sri Murdiyatun/GBRAy MurdakusumaKRT Murdakusuma
BRA Dr Sri Muryati/GBRAy Dr. DarmakusumaKRT Darmakusuma
RA Siti Kustina/BRA Windyaningrum/KRA Widyaningrum/RAy Adipati Anom, putri Raden Wedana Purwowinoto, buyut HB III (1943)BRM Herjuna Darpita/KGPH Mangkubumi, SH/KGPAA Mangkubumi/Sri Sultan Hamengkubuwana XTatiek Drajad Suprihastuti/BRA Mangkubumi/GKR Hemas
BRM Sumyandana/GBPH JoyokusumoHj. Nuraida
BRM Ibnu Prastawa/KGPH HadiwinotoAryuni Utari
BRA Dr Sri Kuswarjanti/GBRAy Dr. RiyakusumaKRT Riyakusuma
KRA Hastungkara/BRA Kusyadinah, putri Raden Panji Trusthajumena, buyut HB VII (1948)BRM Arumanta/GBPH Prabukusuma, S.PsiKuswarini
BRM KuslardiyantaJeng Yeni
BRM Sulaksmana/GBPH Yudhaningrat, MM.Raden Roro Endang Hermaningrum
BRM Abirama/GBPH CandradiningratHery Iswanti
BRA Sri Kusandanari
KRA Ciptamurti, putri KPH/BRA Brongtodiningrat, cucu HB VIIBRM Anindita/GBPH PakuningratNurita Afridiana
BRM Prasasta/GBPH CakraningratLakhsmi Indra Suharjana
BRM Arianta/GBPH SuryodiningratFarida Indah
BRM Sarsana/GBPH Suryomataram
BRM Harkomoyo/GBPH HadinegoroIceu Cahyani
BRM Swatindra/GBPH SuryonegoroRr. Endang Retno Werid Soelasmi Lim
Norma Musa/KRA Norma Nindya Kirana, putri Handaru Widharna
(1977)
BRA Sri KusuladewiKRT Padma Kusuma Sastronegoro

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

  • Taman kanak-kanak atau Frobel School asuhan Juffrouw Willer di Bintaran Kidul
  • Eerste Europeesche Lagere School di Yogyakarta (1925)
  • Hoogere Burgerschool (HBS, setingkat SMP dan SMU) di Semarang dan Bandung (1931)
  • Rijkuniversiteit Leiden, jurusan Indologie (ilmu tentang Indonesia) kemudian ekonomi

Jabatan[sunting | sunting sumber]

Pahlawan Nasional[sunting | sunting sumber]

Hamengkubuwana IX diangkat menjadi pahlawan nasional Indonesia tanggal 8 Juni 2003 oleh presiden Megawati Sukarnoputri.

Pelarangan hak milik tanah atas kaum Tionghoa[sunting | sunting sumber]

Pada 1948, saat Revolusi Nasional Indonesia, Hamengkubuwana IX mencabut hak milik etnis Tionghoa karena dianggap memihak Belanda.[2]

Galeri[sunting | sunting sumber]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bina diri,satuan, masyarakat

Rover Gathering